Uji Skema Debu Vulkanis BMKG dan Skema Ash RGB (Studi Kasus: Erupsi Gunung Barujari 04 November 2015)
Isi Artikel Utama
Abstrak
Abstrak. Sejak pertama kali ditemukan, satelit telah menjadi solusi untuk pengamatan wilayah jarak jauh ke tempat yang sulit untuk dijangkau oleh manusia. Dalam perkembangannya satelit digunakan untuk pengamatan cuaca. Sejak pertengahan 2015, Satelit Himawari 8 diluncurkan sebagai pengganti satelit MTSAT-2 yang berakhir masa orbitnya. Penambahkan kanal pada Himawari 8 memungkinkan melakukan pengamatan atmosfer yang lebih luas tidak hanya terbatas pada awan meterologis tapi juga dapat digunakan untuk pengamatan debu vulkanis. BMKG telah mengembangkan sebuah skema untuk mendeteksi debu vulkanis yang menggunakan kanal I4, IR, dan I2 pada satelit Himawari 8. Prinsip utama dari penggunaan kanal ini adalah adanya Brightness Temperature Different (BTD) dari kanal IR dan I2 yang berbeda ketika melewati awan meteorologis dan debu vulkanis. Prinsip ini juga digunakan oleh JMA dalam menentukan skema deteksi debu vulkanis yang bernama skema ash RGB. Perbedaannya adalah pada penggunaan kanal MI pada skema ash RGB. Menurut JMA, kanal MI dapat mendeteksi SO2 yang pada umumnya terkandung dalam debu vulkanis. Dari hasil pengolahan data, baik skema debu vulkanis BMKG maupun ash RGB JMA, keduanya sama-sama dapat menggambarkan sebaran debu vulkanis dengan baik. Akan tetapi, ketika menggunakan skema BMKG, ada kesulitan ketika debu vulkanis berdekatan dengan awan-awan menengah. Hal ini dikarenakan warna merah dari debu vulkanis skema BMKG berwarna hampir sama dengan warna dari awan meteorologis tersebut. Pada jam yang sama skema ash RGB berhasil mengeleminasi awan-awan tersebut sehingga sebaran debu vulkanis dapat diamati dengan lebih baik.
Rincian Artikel

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Penulis bersedia memberikan hak atas publikasinya di bawah Lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International. Sehingga memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan atas karya penulis dan publikasi dalam jurnal ini.
Penulis dapat masuk ke dalam pengaturan kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif versi karya jurnal yang diterbitkan (misalnya, mempostingnya ke repositori institusional atau mempublikasikannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan publikasi awal dalam jurnal ini.
Penulis diizinkan dan didorong untuk mengirim karya mereka secara online (misalnya, dalam repositori institusi atau website mereka) sebelum dan selama proses pengajuan, karena dapat menyebabkan pertukaran produktif, serta sebelumnya dan kutipan yang lebih besar dari karya yang diterbitkan.