Isi Artikel Utama

Kadek Setiya Wati

Abstrak


Abstrak. Sejak pertama kali ditemukan, satelit telah menjadi solusi untuk pengamatan wilayah jarak jauh ke tempat yang sulit untuk dijangkau  oleh manusia. Dalam  perkembangannya satelit digunakan untuk pengamatan cuaca. Sejak pertengahan 2015, Satelit Himawari 8 diluncurkan sebagai pengganti satelit MTSAT-2 yang berakhir masa orbitnya. Penambahkan kanal pada Himawari 8 memungkinkan melakukan pengamatan atmosfer yang lebih luas tidak hanya terbatas pada awan meterologis tapi juga dapat digunakan untuk pengamatan debu vulkanis. BMKG telah mengembangkan sebuah skema untuk mendeteksi debu vulkanis yang menggunakan kanal I4, IR, dan I2 pada satelit Himawari 8. Prinsip utama dari penggunaan kanal  ini adalah adanya  Brightness Temperature Different (BTD) dari kanal IR dan I2 yang berbeda ketika melewati awan meteorologis dan debu vulkanis. Prinsip ini  juga digunakan oleh JMA dalam  menentukan skema deteksi debu vulkanis yang bernama skema ash RGB. Perbedaannya adalah pada penggunaan kanal MI pada skema ash RGB. Menurut JMA, kanal MI dapat mendeteksi SO2 yang pada umumnya terkandung dalam debu vulkanis. Dari hasil pengolahan data, baik skema debu vulkanis BMKG maupun ash RGB JMA, keduanya sama-sama dapat menggambarkan sebaran debu vulkanis dengan baik. Akan tetapi, ketika menggunakan skema BMKG, ada kesulitan ketika debu vulkanis berdekatan dengan awan-awan menengah. Hal  ini  dikarenakan warna merah dari debu vulkanis skema BMKG berwarna hampir sama dengan warna dari awan meteorologis tersebut. Pada jam yang sama skema ash RGB berhasil mengeleminasi awan-awan tersebut sehingga sebaran debu vulkanis dapat diamati dengan lebih baik.

Rincian Artikel

Bagian
Artikel