Isi Artikel Utama

Ayu Diah Syafaati

Abstrak

Kota Sorong merupakan wilayah yang memiliki luas wilayah sebesar 1.105 km2 dan menjadi wilayah terpadat penduduknya di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya. Seiring meningkatnya jumlah populasi di Kota Sorong, juga meningkatkan aktivitas manusia yang dapat berkontribusi pada meningkatnya konsentrasi PM2,5. Sumber partikulat di Kota Sorong berasal dari aktivitas antropogenik seperti proyek pembangunan kota, aktivitas kendaraan bermotor, pembakaran biomassa, serta aktivitas masyarakat di wilayah tersebut. Partikulat PM2,5 yang melebihi baku mutu udara ambiennya dapat mengganggu kesehatan manusia. Pengamatan PM2,5 dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Sorong mengunakan instrumen otomatis BAM Met-One 1020. BAM-1020 secara otomatis mengukur dan mencatat tingkat konsentrasi partikel di udara menggunakan prinsip Atenuasi Sinar Beta yaitu pelemahan partikel beta yang mana melalui materi padatan yang terkumpul pada filter fiber. Materi padatan PM2,5 yang terkumpul dalam filter fiber dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa. Secara umum selama September 2021 – Juni 2023, konsentrasi PM2,5 cenderung mengalami kenaikan. Hasil analisis diperoleh bahwa konsentrasi rata-rata Harian PM2,5 terukur selama September 2021 – Juni 2023 berada pada range 1,21 – 18,71 ug/m3; masih dibawah nilai ambang batas PM2,5 sebesar 65 ug/m3 (24 Jam). Berdasarkan perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Parameter PM2,5, diketahui nilai ISPU berada pada rentang 0 – 50. Kondisi kualitas Udara di Wilayah Sorong selama waktu tersebut berada pada kategori Baik. Pengaruh parameter meteorologi curah hujan dan suhu udara terhadap konsentrasi PM2,5 di Kota Sorong memiliki korelasi paling signifikan dan kuat, dengan nilai r=0,8 (suhu Udara) dan r=-0,7 (curah hujan).

Rincian Artikel

Bagian
Artikel